Rumah Instant Sederhana Sehat (RISHA)

Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) merupakan sistem struktur pracetak yang dapat dikerjakan dengan mudah dan umum oleh masyarakat. RISHA ini sederhana, layak huni, mudah pelaksanaan, memiliki harga terjangkau, dan sudah diuji kehandalan struktur terhadap gempa.

RISHA memiliki komponen utama berupa tiga jenis panel (Panel P1, Panel P2, dan Panel P3) dan komponen penyambung panel (baut, pelat, dan angkur). 

Panel RISHA dapat dibuat dari komponen beton sederhana, ringan, mudah perakitan, tanpa memerlukan alat berat, dan mudah dibuat oleh kalangan umum/UKM.

 

 

 

Spesifikasi Teknis

Panel Struktural 1 (P1) mempunyai ukuran panjang 30 cm, lebar 10 cm, tinggi 120 cm, dan ketebalan selimut beton 2 cm. Panel P2 mempunyai ukuran panjang 20 cm, lebar 10 cm dan 6 cm, tinggi 120 cm dan ketebalan selimut beton 2 cm. Panel struktural 3 (P3) merupakan penyambung berbentuk L yang mempunyai ukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm dengan ketebalan selimut beton 2 cm. 

Spesifikasi Teknis Teknologi RISHA : 

  1. Beton: f’c = 25 MPa, slump 10±2 cm

  2. Baja tulangan: BjTP 280, Ø 8 mm (pokok), Ø 6 (geser), fy 280 MPa

  3. Wiremesh: Ø 0,5 mm, max mesh size 1 in2

  4. Baut: baja galvanis Ø12 mm, anti karat, mutu A307 (fy 400 MPa), dilengkapi mur dan ring

  5. Pelat Strip: tebal 2,6 mm, lebar 4 cm, galvanis / anti karat, mutu fy 250 MPa

  6. Angkur pondasi: tepi (tul. polos BjTP 280 Æ12 min L45 cm atau full drat Æ10 A307 fy 400 MPa min L35 cm) dan inti (full drat Æ10 A307 fy 400 MPa L65 cm)

  7. Fondasi: Penentuan fondasi tergantung karakteristik tanah setempat

Prinsip Kerja

RISHA dapat dibangun melalui 2 tahapan yaitu pencetakan komponen di workshop dan perakitan komponen di site. kedua proses tersebut dapat dilakukan secara paralel, yaitu pada saat lokasi disiapkan pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur maka di workshop dibuat komponen-komponennya. ketika komponen sudah selesai dicetak dan lokasi telah matang, maka komponen dapat dimobilisasi dan dibawa ke lokasi perakitan

Penerapan

RISHA merupakan teknologi yang diproduksi oleh aplikator yang telah ber-PKS dengan Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan. Teknologi ini telah diterapkan secara massal baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah serta swasta di seluruh Wilayah Indonesia. Rumah dengan sistem RISHA ini dapat didesain secara leluasa berupa rumah panggung, rumah tapak, atau rumah berlantai dua (spesifikasi menyesuaikan pedoman Teknologi RISHA untuk 2 lantai).

Beberapa penerapan Teknologi RISHA antara lain:

  1. Rumah khusus bencana gempa Bumi, Tsunami dan Likuifaksi Sulawesi Tengah 1A sebanyak 630 Unit 

  2. Pembangunan rumah Khusus Bagi Warga Baru Kawasan Perbatasan di Kab. Belu Tahap 1 sebanyak 100 Unit 

  3. Penerapan RISHA di Kabupaten Lembata sebanyak 700 Unit 

  4. Penerapan RISHA di Kabupaten Adonara sebanyak 300 Unit

  5. Penerapan RISHA di Kabupaten DOMPU Dan Kabupaten BIMA sebanyak 292 unit

  6. Penerapan RISHA di Kabupaten KUPANG dan Kota KUPANG

    1. sebanyak 182 unit

    2. Penerapan RISHA di Kabupaten LUMAJANG sebanyak 1.951 Unit

    3. Penerapan RISHA di Sulawesi Tengah sebanyak 712 Unit

    4. Penerapan RISHA di Kabupaten CIANJUR sebanyak 351 Unit

Keunggulan

Keunggulan dari Teknologi RISHA antara lain:

  1. Lebih CEPAT, MURAH, RAMAH LINGKUNGAN, TAHAN GEMPA, movable (KNOCK-DOWN), dan komponen ringan, 

  2. Dapat DITERAPKAN untuk BANGUNAN SATU LANTAI seperti rumah tinggal sederhana, bangunansekolah, puskesmas, rumah sakit, dll.

  3. Dibuat menggunakan BAHAN BANGUNAN LOKAL

  4. Struktur rumah T-36 dapat dirakit selama 2 X 9 jam oleh 3-4 pekerja terampil RISHA 

  5. ukuran komponen mengacu pada ukuran modular sehingga FLEKSIBEL dan EFISIEN dalam konsumsi bahan bangunan

  6. Sudah diuji kehandalan struktur terhadap gempa

  7. Kualitas lebih terjamin dan penggunaan lebih praktis

  8. Perancangan desain fleksibel dan pekerjaan sederhana di site

Batasan

Keterbatasan penggunaan Teknologi RISHA : 

  1. Keterbatasan dalam ukuran dimensi modul, dimensi komponen yang sudah standar dan kaku sehingga tidak bisa membuat modul ruangan kostum

  2. Keterbatasan dalam pengecekan mutu beton yang dapat dilakukan dalam fase pencetakan panel sehingga perlu dipastikan sebelum dilakukan pencetakan mutu beton yang digunakan sudah sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan